“Keep your eyes on the stars and your feet on the ground.” – Franklin D. Roosevelt

Tahun demi tahun berganti. Suka cita yang sama. Eforia yang sama. Mimpi yang sama. Yang akan selalu berbeda adalah mimpi. Mimpi berubah seiring tahun berganti.

Tiap orang memimpikan hal-hal yang lebih baik di tahun selanjutnya. Hubungan yang membaik. Keadaan ekonomi yang membaik. Kemampuan yang meningkat. Pemahaman yang lebih tinggi. Karir yang lebih baik. Tempat jelajah yang lebih banyak.

Di tahun-tahun sebelumnya, saya rutin membuat resolusi tahun baru. Mimpi-mimpi, yang juga dimiliki semua orang, saya tuliskan menjadi resolusi. Tapi saya sampai pada suatu titik, dan bertanya pada diri sendiri, “Mengapa? Mengapa saya harus melakukan itu?”

Setelah membaca berbagai tulisan, saya menyimpulkan bahawa resolusi lebih bermakna pada janji pada diri kita sendiri, bahwa di tahun berikutnya kita akan melakukan hal-hal yang tertulis.

Namun, yang terjadi dipenghujung tahun, justru rasa malu tersembul ketika melihat kembali daftar resolusi tahun lalu. Ternyata sebagian besar dari target belum tercapai. Perasaan bersalah dan menyesal pun menghampiri.

Saya melihat, orang-orang yang inspiratif memahami bahwa impian mereka tercapai karena mereka menetapkan goal jangka panjang, sebuah visi hidup. Kemudian visi itu didukung oleh kebiasaan-kebiasaan kecil yang dilakukan tiap hari.

Misalnya, menyempatkan membaca minimal satu buku tiap bulannya, bukanlah sesuatu yang mereka harus lakukan karena itu target mereka, tapi karena itulah mereka.

“Your playing small does not serve the world. There is nothing enlightened about shrinking so that other people will not feel insecure around you. We are all meant to shine, as children do. It is not just in some of us; it is in everyone, and as we let our light shine, we unconsciously give others permission to do the same. As we are liberated from our fear, our presence automatically liberates others.” – Marianne Williamson

Seperti anak-anak, saat memasuki tahap dewasa kita juga punya hak untuk bersinar di panggung kita masing-masing. Menjadikan diri sosok yang didambakan. Menginvestasikan detik demi detik untuk mengembangkan pemikiran, mempelajari hal baru, dan mengubah persepsi tentang hidup.

Di titik ini, kesadaran muncul bahwa tidak ada yang berjalan sempurna tanpa cacat. Akan selalu ada ketidaksempurnaan yang mengisi jalannya sebuah perjalanan hidup di tahun berikutnya. Seperti backpacker yang mengarungi perjalanan, hal-hal tak terduga di luar itinerary akan menemui. Tapi, apakah hal-hal tersebut akan membuat perjalanan gagal? Tanyakan mereka, justru di sanalah perjalanan jadi punya cerita, disitulah kenikmatan sebuah perjalanan.

Hal-hal tak terduga tersebut akan menjadi faktor di luar kendali saya, baik sebagai individu maupun sebagai manusia. “Some things are up to us, and some things are not up to us.” kata Epictetus, seorang filsuf. Sepertinya, sudah saatnya saya fokus pada hal-hal yang bisa dikontrol, yaitu sikap ketika menghadapi hal-hal tersebut.

Di tengah demokratisasi media, ketika semua orang bebas bicara yang ada di kepala, mengungkapkan sudut pandang mereka tentang sebuah perkara, meneruskan kabar burung yang mereka suka, maka di sanalah kita perlu mengedepankan rasa.

Apakah ini pantas, apakah ini tidak pantas? Sesuai standar nilai masing-masing yang paling pas.

Sudah saatnya meminimalisir ketergantungan diri dari ikatan emosi yang tak mendukung tujuan hidup yang hakiki.

“You are the average of the five people you spend the most time with.” ungkap Jim Rohn, seorang penulis. Maka siapakah lima orang itu? Mereka adalah cerminan diri ini.

Siap atau tidak siap, tahun sudah berganti. Petualangan besar lainnya menanti. Jalan-jalan menanjak nan terjal siap dilewati. Waktu akan membawa diri bertemu sosok yang dinanti. Eh..

Ah, dan berikut sejumput petualangan di tahun 2016.

 

14572770_10209591160568824_4748314878819041069_n
Petualangan menemukan seseorang itu telah usai pada 23 Oktober 2016

 

13507268_10208572044331555_2496866764976179600_n
Pemaparan ide dalam acara Indonesia’s Night yang diselenggarakan oleh Global Brands Managament Association di Taipei

 

14233234_10209151148328793_8208890451849173303_n
Sharing di kampus UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta pada 
13937923_950228715086108_2363633515858853887_o
Muncul di media nasional atas Piala Emas yang kami terima dalam kompetisi film di Taiwan
13919985_952969531478693_7971820643520126397_o
Muncul di media Taiwan untuk ke sekian kalinya
13528604_10208568716208354_5792016692046484226_o
Memberikan pidato sambutan dalam Wisuda Sarjana, Paskasarjana dan Doktoral di NTUST, Taiwan
13346509_10208370788940296_1908037265241422731_n
Mewakili Mahasiswa Indonesia dalam kegiatan temu dengar dengan parlemen Taiwan terkait program Southbond Policy

 

 

 

13076933_10153577027319142_9061333591062132460_n
Bersama Ann Tseng, host program Just Talk, dan Uniform Lin dalam persiapan On Air di Broadcasting Corporation of China

 

13217142_10208283933888974_6094807258505166097_o
Berkesempatan sholat di Masjid Raya Seoul
A Talkshow with Pak Dino Patti Djalal
Menjadi moderator Bincang Indonesia bersama Bapak Dino Patti Djalal dalam kunjungannya ke Taiwan
12294912_10208358788352490_1264415671359804789_n
Traveling ke Jepang bersama rekan-rekan program MBA NTUST
12898171_603492469813500_9107973241400284069_o
Jajaran pengurus Indonesia Diaspora Network di Taiwan periode 2016-2017
13119911_10208138403010793_499598816971204681_o
Berpartisipasi dalam lari vertikal di Gedung 101, Taipei